Sabtu, 18 Juli 2009

MASA SELEKSI DAN PENYEMPURNAAN SERTA PENGEMBANGAN SISTEM PENYUSUNAN KITAB HADITS

1. MASA SELEKSI
Masa seleksi atau penyaringan terjadi ketika pemerintahan dinasti Bani Abbas, khususnya sejak masa Al-Makmun sampai dengan Al-Muktadir (sekitar tahun 201-300 H). Munculnya periode seleksi ini karena pada periode sebelumnya, yakni periode tadwin, para ulama belum berhasil memisahkan beberapa hadits mauquf dan hadits maqtu’ dari hadits ma’ruf. Begitu pula halnya dengan memisahkan beberapa hadits yang dhaif dari yang shahih. Bahkan, masih ada hadits maudu’ yang tercampur pada hadits shahih.

Pada masa ini, para ulam bersungguh-sungguh mengadakan penyaringan hadits yang diterimanya. Melalui kaidah-kaidah yang ditetapkannya, mereka berhasil memisahkan hadits-hadits yang dhaif dari yang shahih dan hadit-hadits yang mauquf dan yang maqtu’ dari yang ma’ruf, meskipun berdasarkan penelitian berikutnya masih ditemukan terselipnya hadits yang dhaif pada kitab-kitab shahih karya mereka.


Kitab- Kitab Induk yang Enam (Kutub As-Sittah)

Berkat keuletan dan keseriusan para ulama pada masa ini, bermunculanlahkitab-kitab hadits yang hanya memuat hadits-hadits shahih. Kitab-kitab tersebut pada perkembangannya dikenal dengan Kutub As-Sittah (kitab induk yang enam).
Ulama pertama yang berhasil menyusun kitab tersebut adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah, yang terkenal dengan Imam Bukrori (194-252 H) dengan kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih. Kemudian Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Kusairi An-Nasaiburi yang dikenal dengan Imam Muslim (204-261 H), dengan kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih.
Usaha yang sama dilakukan pula oleh Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishak As-Sijistani (202-275 H) yang menyusun As-Sunan Abu Daud, Abu Isa Muhammad binIsa bin Surah At-Tirmidzi (200-279 H) yang menyusun As-Sunan Tirmidzi, Au Abdul Ar-Rohman bin Suaid Ibn Bahr An-Nasa’I (215-302 H) yang menyusun As-Sunan An-Nasa’i, dan Abu Abdillah binYazid Ibnu Majah (207-273 H) yang menyusun kitab As-Sunan Ibnu Majah. Kualitas As-Sunan berada di bawah kitab karya Bukahari dan Muslim.

2. MASA PENGEMBANGAN DAN PENYEMPURNAAN SISTEM PENYUSUNAN KITAB-KITAB HADITS

Setelah munculnya Kutub As-Sittah dan Al-Muwatha’-nya Malik serta Al-Musnad-nya Ahmad Ibn Hambal, para ulam mengalihkan perhatiannya untuk menyusun kitab-kitab Jawami, kitab syarah mukhtasar, men-tahrij, menyusun kitab Athraf dan Jawaid serta menyusun kitab hadits untuk topik-topik tertentu. Ulama yang masih melakukan penyusunan kitab hadits yang memuat hadits-hadits shahih, di antaranya ialah Ibnu Hibban Al-Bisti (w. 354 H), Ibnu Huzaiman (w. 311 H), dan Al-Hakim An-Nasaburi.
Penyusunan kitab pada masa ini lebih mengarah kepada usaha mengembangkan dengan beberapa variasi pentadwinan terhadap kitab-kitab yang sudah ada, di antaranya dengan mengumpulkan isi kitab Shahih Bukhori dan Muslim, seperti yang dilakukan oleh Muhammad Ibnu Abdillah Al-Jauzaqi dan Ibnu Al-Farut (w. 414 H). mereka juga mengumpulkan isi kitab yang sama, seperti yang dilakukanoleh Abdul Al-Haq Ibnu Abdul Ar-Rahman Asy-Syabili (terkenal dengan Ibnu Al-Kharrat, w.583 H), Al-Fairu Az-Zabadi, dan Ibnu Al-Asir Al-Jazari. Ada yang mengumpulkan kitab-kitab hadits mengenai hukum, mereka ialah Ad-Daruqutni, Al-Baihaqi, Ibnu Daqiq Al-Ied, Ibnu Hajar Al-Asqolani, dan Ibnu Qudamah Al-Maqdisi.
Masa perkembangan hadits yang disebut terakhir ini berlangsung sangat lama, yaitu mulai abad keempat hijriah dan terus berlangsung hingga beberapa abad berikutnya sampai abad kontemporer. Dengan demikian, masa perkembangan ini melewati dua fase sejarah perkembangan Islam, yakni fase pertengahan dan fase modern.

Readmore »»

HADITS PADA MASA TABI’IN

Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan tabi’in tidak begitu berbeda dengan yang dilakukan oleh parasahabat. Hal ini karena mereka, mengikuti jejak parasahabat yang menjadi guru-guru mereka. Hanya saja persoalan yang dihadapi mereka agak berbeda dengan yang dihadapi para sahabat. Pada masa ini Al-Quran sudah dikumpulkan dalam satu mushaf. Di pihak lain, parasahabat ahli hadis telah menyebar ke-beberapa wilayah kekuasaan islam, sehingga para tabi’in dapat mempelajari hadis dari mereka.
Ketika pemerintahan dipegang oleh Bani Umayyah, wilayah kekuasaan islam telah meliputi Mesir, Persia, Irak, Afrika selatan, Samarkhand, dan Spanyol, di samping Madinah, Mekkah, basroh, Syam, dan Khurasan. Pesatnya perluasan wilayah kekuasaan islam, dan meningkatnya penyebaran parasahabat ke daerah-daerah tersebut menjadikan masa ini dikenal dengan masa penyebaran periwayatan hadis ( Intisar Ar-Riwayah Ila Al-Amshar).


1. PUSAT-PUSAT PEMBINAAN HADIS
a.Para sahabat yang membina hadist di Madinah :
*Khulafa Ar-Rasyidin *Abdullah Bin Umar
*Abu Hurairah *Abu Saidal-Khudzri
*Siti Aisyah
Para pembesar tabiin:
*Said Bin Al-Musayyab *Ubaidullah Bin Ustbah Bin Mas’ud
*Urwah Bin Az-Zubair *Salim Bin Abdillah Bin Umar
*Ibnu Syihab Az-Zuhri

b.Para sahabat yang membina hadis di Makkah:
*Muadz Bin Jabbal *Atab Bin Asid
*Haris Bin Hisyam *Usman Bin Thalhah
*Uqbah Bin Al-Haris
Para tabi’in:
*Mujahid Bin Jabbar *Ata’ Bin Abi Rabbah
*Tawus Bin Kaisan *Ikrimah Maula Bin Abi Abbas

c.Para sahabat yang membina hadis di Kufah:
*Ali Bin Abi Thalib *Sa’ad Bin Abi Waqas
*Abdullah Bin Mas’ud
Para tabi’in:
*Ar-Rabi’ Bin Qasim *Kamal Bin Zaid An-Nakho’i
*Said Bin Zubair Al-Asadi *Amir Bin Sarahil Asya’ibi
*Ibrahim An-Nakho’i *Abu Ishaq As-Sa’bi

d. Para sahabat yang membina hadis di Basroh:
*Anas bin Malik *Abdullah bin Abbas
*Imran bin Husein *Ma’qal bin Yasar
*Abdurahman bin Samrah *Abu said Al-asyari
Para tabi’in:
*Hasan Al-basri *Muhammad bin Sirrin
*Ayub Assakhyatani *Yunus bin Ubaid
*Abdullah bin Aun *Khatadah bin Duamah As-sudusi
*Hisyam bin Hasan

e.Para sahabat yang membina hadis di Syam:
*Abu Ubaidah Aj-Jarhi *Bilal Bin Rabah
*Uabadah Bin Shamit *Muadz Bin Jabbal
*Sa’ad Bin Uabadah *Abu Darda Suranbil Bin Hasanah
*Khalid Bin Walid *Iyad Bin Ghanan
Para tabi’in:
*Salim Bin Abdillah Al Muharibi *Abu Idris Al Khaulani
*Abu Sulaiman Addarani *Umair Bin Hana’i

f.Para sahabat yang membina hadisdi mesir:
*Amr Bin Al As *Uqbah Bin Amr
*Kharijah Bin Hurafah *Abdullah Bin Al Haris
Para tabi’in:
*Amr Bin Alharis *Khair Bin Nuaimi Alhadrami
* Yazid Bin Abi Habib *Abdullah Bin Abi Ja’fal
*Abdullah Bin Sulaiman At-Takwil

g. Para sahabat yang membina hadis di magrib dan andalus:
*Masud Bin Alaswad *Bilal Bin Haris Bin Asim Almuzani
*Salamah Bin Alaqwa *Walid Bin Uqbah Bin Abi Muid
Para tabi’in:
*Ziyad Bin Anam *Abdullah Bin Ziyad
*Yazid Bin Abi Mansur *Al Mughirah Bin Abi Burdah
*Rifa’ah Bin Raf’i *Muslim Bin Yas

h.Para sahabat yang membina hadis di yaman:
*Muadz Bin Jabbal *Abu Musa Alazhari
Para tabi’in:
*Hamam Bin Munabah *Wahab Bin Munabah
*Tawus * Ma’mar Bin Rasyid

i. Para sahabat yang membina hadis di khurasan:
*Buraidah Bin Husai Alaslami *Alhakam Bin Amir Alghifari
*Abdullah Bin Qosi Al Salami *Qasan Bin Al Abas
Para tabi’in:
*Muhammad Bin Ziyad *Muhammad Bin Sabit Al Anshori
*Ali Bin Sabit Al Anshori *Yahya Bin Sabih Al Mugri.

2.PERGOLAKAN POLITIK DAN PEMALSUAN HADIS
Pergolakan politik ini terjadi pada masa, setelah terjadinya perang jamal dan siffin, ketika kekuasaan dipegang oleh Ali bin Abi tholib. Akan tetapi, akan tetapi akibatnya cukup panjang dan berlarut-larut, dengan terpecahnya umat islam kedalam beberapa kelompok khawarij syiah muawiyyah, dan golongan mayoritas yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok itu.. pengaruh negatifnya ialah munculnya hadis-hadis palsu (maudu’) untuk mendukung kepentingan politiknya masing-masing kelompok.
Adapun pengaruh yang berakibat positif ialah lahirnyarencana dan usaha yang mendorong diadakanya kodifikasi (tadwin) hadis sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan sebagai akibat dari pergolakan politik tersebut.

Readmore »»

HADITS PADA MASA SAHABAT

Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa sahabat,khususnya Khulafa Ar-Rasyidin(Abu baker,Umar bin Khattab,Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi thalib),yaitu sekitar tahun 11 H sampai dengan 40 H.Pada masa ini perhatian sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur’an,periwayatan hadis belum begitu berkembang dan masih dibatasi. Oleh karena itu,para ulama menganggap masa ini sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan periwayatan(At-Tasabbut wa Al-Iqlal min Ar-Riwayah).

1. MENJAGA PESAN RASULULLAH

Pada masa menjelang akhir kerasulanya, Rasulullah SAW.berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh pada Al-Quran dan hadis serta mengajarkanya kepada orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya:

“Telah aku tinggyalkan untuk kalian dua pusaka. Jika kalian berpegang teguh kepada keduanya niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah(Al-Quran) dan sunnah Rasul-nya.” (HR.Hakim)"

Dan sabdanya pulayang artinya:

“sampaikan dariku walaupun satu ayat atau satu hadis.”(HR.Bukhori)"

Pesan rasul itu dipegang erat-erat oleh para sahabat, sehingga segala perhatian mereka tercurah untuk melaksanakan dan memelihara pesan tersebut.Kecintaan mereka kepada Rasulullah SAW. dibuktikan dengan ketaatan mereka dalam melaksanakan segala yang dicontohkan beliau.

2. BERHATI-HATI DALAM MERIWAYATKAN DAN MENERIMA HADIS

Perhatian para sahabat pada masa ini terfokus pada usaha memelihara dan menyebarkan Al-Quran. Ini terbukti dengan dilakukanya pembukuan Al-Quran pada masa Abu Bakar atas saran Umar bin Khattab. Namun,sikap memusatkan perhatian terhadap Al-Quran tidak berate bahwa mereka lalai dan tidak menaruh perhatian terhadap hadis. Mereka tetap memelihara hadis sepertihalnya hadis-hadis yang diterima dari Rasulullah SAW. secara utuh ketika beliau masih hidup. Akan tetapi,dalam meriwayatkanya mereka sangat berhati-hati dan membatasi diri.
Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang dilakukan para sahabat, disebabkan kekhawatiran mereka akan terjadinya kekeliruan pada hadis.Mereka menyadari bahwa hadis merupakan sumber tasyri’ setelah Al-Quran yang harus terjaga dari kekeliruanya sebagaimana Al-Quran. Oleh karena itu, para sahabat,khususnya Khulafa Ar-rasyidin (Abu Bakar,Usman,Umar dan Ali) dan sahabat lainya, Azzubair, Ibnu Abbas, dan Abu Ubaidah berusaha memperketat periwayatan dan penerimaan hadis.
Pada masa ini belum ada usaha untuk menghimpun hadis dalam satu kitab, sepertihalnya Al-Quran. Hal ini disebabkan agar umat islam tidak memalingkan perhatian atau kekhususan mereka dalam mempelajari Al-Quran. Selain itu, para sahabat yang banyak menerima hadis Rasulullah SAW.sudah tersebar keberbagai daerah kekuasaan islam,dengan kondisi seperti ini, ada kesulitan untuk mengumpulkan mereka secara lengkap. Pertimbangan lainya, bahwa membukukan hadis dikalangan para sahabat sendiri terjadi perselisihan pendapat.

3. PERIWAYATAN HADIS DENGAN LAFAL DAN MAKNA

Pembatasan dan penyederhanaan periwayatan hadis, yang ditujukan oleh para sahabat dengan sikap kehati-hatianya, bukan berarti bahwa mereka tidak meriwayatkan hadis-hadis Rasul itu sama sekali. Tapi, dalam batas-batas tertentu, hadis-hadis itu diriwayatkan, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari atau dalam soal ibadah dan muamalah. Namun, periwayatan tersebut dilakukan setelah meniti dengan ketat pembawa hadis dan kebenaran isi matanya.

a. Periwayatan lafzhi
Periwayatan lafzhi adalah periwayatan hadis yang matanya persis seperti yang diwurudkan Rasulullah SAW. ini hanya bisa dilakukan apabila mereka benar-benar menghapal hadis yang disabdakan Rasulullah SAW.
Kebanyakan para sahabat menempuh periwayatan hadis dengan jalan ini. Mereka berusaha agar periwayatan hadis sesuai dengan redaksi dari Rasulullah SAW.Dan bukan menurut redaksi mereka.Dalam hal ini Umar bin Khattab pernah berkata:
“Barang siapa yang mendengar hadis dari Rasulullah SAW. Kemudian ia meriwayatkanya sesuai yang ia dengar, maka ia akan selamat.”
Diantara para sahabat yang paling menuntut periwayatan hadis dengan lafzhi adalah Ibnu Umar.

b. Periwayatan Maknawi
Para sahabat lainya berpendapat bahwa dalam keadaan darurat karena tidak hafal persisseperti yang diwurudkan Rasulullah SAW.dibolehkan meriwayatkan hadis secara maknawi.periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matanya tidak sama dengan yang didengarnya dari Rasulullah SAW. Tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW.
Meskipun demikian, parasahabat melakukanya dengan sangat hati-hati. Ibnu Mas’ud misalnya, ketika ia meriwayatkan hadis, ia menggunakan term-term tertentu untuk menguatkan penukilanya, seperti dengan kata qala Rasulullah SAW hakadza atau qala Rasulullah SAW qariban min hadza.
Periwayatan hadis dengan maknawi mengakibatkan munculnya hadis-hadis yang redaksinya antara satu hadis dengan hadis lainya berbeda-beda, meskipun maksud dan maknanya tetap sama. Hal ini sangat bergantung pada parasahabat atau generasi berikutnya yang meriwayatkan hadis-hadis tersebut.

Readmore »»

HADITS PADA MASA RASULULLAH SAW.

Membicarakan sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadits bertujuan untuk mengangkat fakta dan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah kemudian secara periodic pada masa-masa sahabat dan tabi’in.
Apabila membicarakan hadits pada masa Rasulullah berarti membicarakan hadits pada awal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan berkaitan langsung dengan pribadi Rasulullah sebagai sumber hadits. Rasulullah telah membina umatnya selama 23 tahun. Mas aini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus di-wurud-kannya hadits. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai ahli waris pertama ajaran Islam.

Wahyu yang diturunkan Allah SWT. kepada Rasulullah dijelaskannya melalui perkataan (aqwal),perbuatan (af’al), dan-taqrir-nya, sehingga apa yang didengar, dilihat, dan disaksikan oleh para sahabat dapat dijadikan pedoman bagi amaliah dan ubudiah mereka. Pada masa ini Rasulullah merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaaan selaku Rasul Allah SWT. yang berbeda dengan manusia lainnya.

1. CARA RASUL MENYAMPAIKAN HADITS

Ada satu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya, yaitu umat Islam dapat secara langsung memperoleh hadits dari Rasulullah sebagai sumber hadits. Pada masa ini tidak ada jarak atau hijab yang dapat menghambat atau mempersulit pertemuan mereka.
Ada beberapa cara yang digunakan Rasulullah dalam menyampaikan hadits kepada para sahabat, yaitu :
Pertama, melalui para jama’ah yang berada di pusat pembinaan atau majelis al-ilmi. Melalui majelis ini, para sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima hadits secara langsung dari Rasulullah.
Kedua, dalam banyak kesempatan, Rasulullah juga menyampaikan haditsnya melalui para sahabat tertentu, kemudian mereka menyampaikannya kepada orang lain. Hal ini terjadi ketika beliau mewurudkan hadits, hanya beberapa sahabat yang hadir, baik karena disengaja oleh Rasulullah atau memang kebetulan para sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja, bahkan hanya satu orang, seperti hadits-hadits yang ditulis oleh Abdullah Amr bin Al-As. Untuk hal-hal tertentu yang berkaitan dengan keluarga dan kebutuhan biologis (terutama menyangkut hubungan suami- istri), beliau menyampaikannya melalui istri-istrinya. Begitu pula dengan sahabat, jika mereka segan bertanya kepada Rasulullah, dalam hal-hal yang berkaitan dengan soal di atas, mereka seringkali bertanya kepada istri-istri beliau.
Ketiga, cara lain yang dilakukan Rasulullah adalah melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti ketika haji wada’ dan Fathu Makkah.

2. MENGHAFAL DAN MENULIS HADITS

a. Menghapal Hadits
Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan Al-Qur’an dan hadits sebagai dua sumber ajaran Islam, Rasulullah menggunakan jalan yang berbeda. Terhadap Al-Qur’an beliau mengintruksikan kepada sahabatnya supaya menulis dan menghapalnya. Sedangkan terhadap hadits, beliau menyuruh mereka menghapal dan melarang menulisnya secara resmi. Dalam hal ini, beliau bersabda yang artinya :

“Apa saja yang kalian tulis apa saja dariku selain Al-Qur’an, hendaklah dihapus. Ceritakan saja yang diterima dariku. Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka”
(HR. Muslim dan Abu Said Al-khuzri )

Maka para sahabat berusaha menhhapal hadits yang diterima dari Rasulullah dengan sungguh-sungguh. Mereka sangat takut dengan ancaman Rasulullah sehingga berusah agar tidak melakukan kekeliruan terhadap apa yang diterimanya.
Ada dorongan kuat yang cukup memberikan motivasi kepada sahabat dalam kegiatan menghapal hadits ini, yaitu :
1. Kegiatan menghapal merupakan budaya bangsa Arab yang telah diwarisi sejak masa pra Islam dan mereka terkenal kuat hapalannya.
2. Rasulullah banyak memberikan spirit melalui doa-doanya.
3. Seringkali beliau menjanjikan kebaikan akhirat bagi mereka yang menghapal hadits dan menyampaikannya kepada orang lain.

b. Menulis Hadits

Sekalipun ada larangan Rasulullah untuk menulis hadits seperti disebutkan dalam hadits Abu Said Al-Khuzri di atas, ternyata ada sejumlah sahabat yang mempunyai catatan-catatan hadits. Di antara mereka adalah :
1) Abdullah bin Amr bin Al-As memiliki hadits yang menurut pengakuannya dibenarkan oleh Rasulullah, sehingga dinamakan As-Sahihah As-Sadiqah.
2) Jabir bin Abdullah bin Amr Al-Anshari (w. 78 H) memiliki catatan hadits dari Rasulullah tentang manasik haji yang kemudian diriwayatkan oleh Muslim dan dikenal dengan Sahifah Jabir.
3) Abu Huroiroh Ad-Dausi (w. 58 H) memiliki catatan hadits yang diwariskan kepada putranya yang bernama Hamman dan dikenal dengan As-Sahifah As-Shahihah.
4) Abu Syah (Umar bin Sa’ad Al-Anmari) seorang penduduk Yaman.

Readmore »»

Pengertian Sanad, Matan, Rowi

A. Pengertian Sanad
Menurut bahasa artinya “ sandaran, tempat bersandar, yang menjadi sandaran ( al mu’tamad ) “ atau “ yang bisa dijadikan pegangan “ atau “ sesuatu yang terangkat ( tinggi ) dari tanah “. Sedangkan menurut istilah :

هو طريق المتن, أي سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن من مصدره الأول
Sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan hadits yaitu silsilah para perawi yang memindahkan ( meriwayatkan ) matan dari sumbernya yang pertama. Contoh ( yang bercetak tebal ):
حدثنا محمد بن معمر بن ربعي القيسي حدثنا أبو هشام المخزومي عن عبد الواحد وهو بن زياد حدثنا عثمان بن حكيم حدثنا محمد بن المنكدر عن حمران عن عثمان بن عفان قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره - رواه مسلم

B. Pengertian Matan
Matan menurut bahasa artinya “ membelah, mengeluarkan, mengikat atau sesuatu yang keras bagian atasnya “. Sedangkan menurut istilah ahli hadits yaitu :
ما ينتهي إليه السند من الكلام
Sesuatu yang berakhir padanya ( terletak sesudah ) sanad, yaitu berupa perkataan. Maksudnya perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi SAW yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.
Ada juga yang mendefinisikan sebagai :
هو ألفاظ الحديث التي تقوم بها معانيه
Yaitu lafadz hadits yang memuat berbagai pengertian. Maksudnya redaksi hadits yang menjadi unsur pendukung pengertiannya.
Dinamakan matan karena hal ini yang paling penting, yang dicari dan yang menjadi tujuan dari sebuah hadits. Contoh ( yang bercetak tebal ) :
حدثنا محمد بن معمر بن ربعي القيسي حدثنا أبو هشام المخزومي عن عبد الواحد وهو بن زياد حدثنا عثمان بن حكيم حدثنا محمد بن المنكدر عن حمران عن عثمان بن عفان قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره - رواه مسلم

C. Pengertian Rawi
Rowi menurut bahasa, adalah orang yang meriwayatkan hadits dan semacamnya. Sedangkan menurut istilah yaitu orang yang menukil, memindahkan atau menuliskan hadits dengan sanadnya baik itu laki-laki maupun perempuan. Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut :
1. Islam, karena itu, hadis dari orang kafir tidak diterima.
2. Baligh, hadis dari anak kecil di tolak
3. ‘Adalah (sifat adil)
4. Dhobth (teliti, cerdas dan kuat hafalannya)
Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Rosul, antara lain ;
1. Abu Huroiroh (Abdur Rahman bin Shohr Ad Dausi Al Yamani r.a.), beliau lahir pada tahun 19 H, dan wafat pada tahun 59 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 5374 hadis.
2. Abdulloh bin Umar bin Khottob, beliau lahir pada tahun 10 SH, dan wafat pada tahun 73 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2630 hadis.
3. Anas bin Malik, beliau lahir pada tahun 10 SH, dan wafat pada tahun 93 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2286 hadis.
4. Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq, beliau lahir pada tahun 9 SH, dan wafat pada tahun 57 SH. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2210 hadis.
5. Abdulloh bin Abbas Bin Abdul Mutholib, beliau lahir pada tahun 3 SH, dan wafat pada tahun 67 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 1540 hadis.
6. Jabir bin abdulloh Al Anshory, beliau lahir pada tahun 6 SH, dan wafat pada tahun 78 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 1540 hadis.
7. Abu Sa’id Al khudzry, Sa’id bin Malik bin Sanan Al Anshory, beliau lahir pada tahun 12 SH, dan wafat pada tahun 74 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 1170 hadis.

Readmore »»

Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar

A. Pengertian Hadits
Hadits menurut bahasa mempunyai tiga makna:
1. Baru ( jadid ), lawan dari terdahulu ( qadim ).
2. Dekat ( qorib ), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh ( ba’id ).

3. Berita ( khabar ), sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lainnya. Hadits yang bermakna khabar ini dihubungkan dengan kata tahdis yang berarti riwayat, ikhbar ( mangkhabarkan ). Maka hadits dan khabar menurut bahasa adalah dua kata yang sama.
Hadits menurut istilah para ahli hadits bahwasannya hadits itu sinonim dari sunnah, yang dimaksud disini adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Rosul SAW sebelum atau sesudah diutus menjadi nabi. Akan tetapi mayoritas hadits itu diartikan dengan sesuatu yang diriwayatkan dari Rosul SAW setelah kenabian baik dari perkataan, perbuatan dan penetapannya. Dalam definisi ini sunnah lebih umum dari hadits.
Menurut Hafidz Hasan Al Masudi, hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW baik perkataannya, perbuatnnya, penetapannya atau sifatnya.

B. Pengertian Sunnah
Sunnah menurut bahasa adalah cara atau jalan yang biasa ditempuh, baik terpuji maupun tercela. Sedangkan sunnah menurut istilah, ada beberapa perpedaan pendapat antara lain:

1. Sunnah menurut istilah para ahli hadits:
Setiap sesuatu yang diriwayatkan dari Rosul SAW dari perkataan, perbuatan dan penetapan, sifat atau perjalanan nabi baik sebelum atau sesudah diutus menjadi Rosul. Dalam definisi ini sunnah adalah sinonim dari hadits.

2. Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih
Setiap sesuatu yang bersumber dari nabi SAW selain Al- Qur’an, dari perkataan, perbuatan, penetapan yang biasa dijadikan dalil dalam hokum syar’i.

3. Sunnah menurut istilah ahli fiqih
Setiap sesuatu yang ditetapkan dari nabi SAW yang bukan merupakan bab fardlu atau wajib.

C. Pengertian Khabar
Menurut bahasa, khabar artinya warta atau berita yang disampaikan dari seseorang ke orang lain. Khabar menurut istilah ahli hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari nabi SAW atau dari yang selain nabi SAW. Karena itu khabar dikatakan lebih umum dari hadits. Dan khabar lebih patut dijadikan sinonimnya hadits dari pada sunnah.
Karena itu, sebagian ulama’ berpendapat bahwa khabar itu mencakup segala sesuatu yang datang dari selain nabi SAW, sedangkan hadits khusus untuk segala sesuatu yang berasal dari nabi SAW.

D. Pengertian Atsar
Menurut bahasa, atsar artinya bekas atau sisa sesuatu. Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat, antara lain:
1. Atsar adalah sinonim dari khabar sunnah dan hadits.
2. Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada salaf dari sahabat dan tabi’in.
3. Atsar adalah al marfu’ ( hadits yang sanadnya sampai kepada Rasulullah ), al mauquf ( hadits yang sanadnya hanya sampai kepada sahabat dan tabi’in ).
4. Atsar adalah hadits mauquf ( ini merupakan pendapat ahli fiqih khurasan ).

Readmore »»

Kamis, 02 Juli 2009

Sensor Asap AF30

Pada dasarnya prinsip kerja dari sensor tersebut adalah mendeteksi keberadaan gas-gas yang dianggap mewakili asap rokok, yaitu gas Hydrogen dan Ethanol. Sensor AF-30 mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap dua jenis gas tersebut. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut diudara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat asap rokok di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan gas-gas tersbut maka resistansi elektrik sensor akan turun seperti yang telah dibahas pada artikel lalu. Dengan memanfaatkan prinsip kerja dari sensor AF-30 ini, kandungan gas-gas tersebut dapat diukur.

Gambar dibawah ialah grafik tingkat sensitifitas sensor AF-30 terhadap kedua gas tersebut.

Gambar Prinsip pengukuran gas
Dari grafik pada gambar diatas dapat dilihat bahwa dengan mengukur perbandingan antara resistansi sensor pada saat terdapat gas dan resistansi sensor pada udara bersih atau tidak mengandung gas tersebut (Rgas/Rair), dapat diketahui kadar gas tersebut. Sebagai contoh jika resistansi sensor (RS) pada saat terdapat gas Hydrogen adalah 1K dan resistansi sensor (RS) pada saat udara bersih adalah 10K maka:

Rgas/Rair=1000ohm/10000ohm=0,1

Dari perhitungan diatas serta menurut grafik pada gambar 1, jika Rgas/Rair=0.1 maka konsentrasi gas Hydrogen pada udara adalah sekitar 100ppm. Untuk mengetahui besarnya resistansi sensor (RS) saat udara bersih dapat dihitung menggunakan rumus:

RS=(Vc-Vout)RL/Vout

Sebagai contoh jika Vout pada saat udara bersih adalah 2,8V dan RL yang digunakan adalah 10K maka dengan rumus diatas diperoleh RS saat udara bersih (Rair) adalah 7857,14 atau 7857. Dari hasil perhitungan diatas diperoleh RL=10K, RS saat udara bersih (Rair)=7857, dengan Vout saat udara bersih = 2,8V.
Dengan melihat grafik gambar 1 dan hasil perhitungan diatas, maka nilai Vout untuk tiap-tiap nilai perbandingan Rgas/Rair dapat diketahui sehingga tingkat konsentrasi dari gas tersebut juga diketahui pula. Misalnya untuk gas Hydrogen dengan tingkat konsentrasi 10ppm, dari grafik gambar 1 Rgas/Rair  0,29 maka

Rgas/Rair  0,29
Rair = 7857
Rgas = Rair x (Rgas/Rair)
= 7857 x 0,29
= 2279

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai Rgas pada saat konsentrasi gas Hydrogen 10ppm. Karena Rgas adalah sama dengan resistansi sensor (RS), maka berdasarkan nilai Rgas yang diperoleh tersebut, maka dari rumus mencari nilai RS, nilai Vout pada saat konsentrasi Hydrogen 10ppm dapat diperoleh:

Rgas = 2279
Vc = 5V
RL = 10K

Vout = 4,072V
Jadi nilai Vout pada saat sensor mendeteksi nilai konsentrasi Hydrogen 10ppm adalah sebesar 4,072V. Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai-nilai Vout untuk tiap-tiap tingkat konsentrasi gas Hydrogen dan Ethanol sesuai dengan grafik gambar 1. Dari nilai-nilai Vout tersebut didapatkan tabel perubahan nilai Vout.


sumber:www.toko-elektronika.com

Readmore »»

Jumat, 26 Juni 2009

SEJARAH CPP(C++)



Seiring dengan perkembangan zaman, sebuah sistem informasi terus menerusmenjadi sorotan dan kajian publik dunia. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, sistem informasi terus dikembangkan guna memenuhi kebutuhan akan sebuah kemudahan dan efektivitas dalam kehidupan. Sering manusia menghadapi kejenuhan terhadap pekerjaannya, membuat mereka menjadi kurang efektif dalam mengatur waktu hidupnya, sehingga banyak kalangan saintis terus berfikir apakah kehidupan akan selalu monoton seperti itu. Akibatnya tercipta sebuah pemikiran untuk membuat sesuatu yang mampu membantu manusia dalam mengerjakan beberapa pekerjaannya. Bahasa pemrograman dikenalkan pada tahun 1967 oleh Martin Richards, yaitu BCPL yang merupakan akar bahasa C sekarang ini. Kemudian berdasar pada bahasa BCPL ini Ken Thompson yang bekerja di Bell Telephone Laboratories (Bell Labs) mengembangkan bahasa B pada tahun 1970. Saat itu bahasa B telah berhasil diimplementasikan di komputer DEC PDP-7 dengan operating system (OS) UNIX. Pada tahun 1972, peneliti lain di Bell Labs bernama Dennis Ritchie menyempurnakannya menjadi bahasa C. Pada tahun 1978, Dennis Ritchie bersama dengan Brian Kernighan mempublikasikan buku yang kemudian menjadi legenda dalam sejarah perkembangan bahasa C, yang berjudul The C Programming Language. Buku ini diterbitkan oleh Prentice Hall, dan pada saat ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia. Boleh dikatakan bahwa buku ini adalah buku yang paling banyak direfer orang dan dijadikan buku panduan tentang pemrograman bahasa C sampai saat ini. Teknik dan gaya penulisan bahasa C yang merefer kepada buku ini kemudian terkenal dengan sebutan K&R C atau Classic C atau Common C. Seiring dengan berkembang pesatnya bahasa C, banyak vendor mengembangkan kompiler C menurut versi masing-masing. Hal ini menggerakkan ANSI (American National Standards Institute) pada tahun 1983 untuk membuat suatu komite yang kemudian diberi nama X3J11, yang betujuan untuk membuat definisi standar bahasa C yang lebih modern dan komprehensif, dengan memperbaiki syntax dan grammar bahasa C. Usaha ini berhasil diselesaikan 5 tahun kemudian, yaitu ditandai dengan lahirnya standard ANSI untuk bahasa C yang kemudian terkenal dengan sebutan ANSI C pada tahun 1988.



M E N G A P A MENGGUNAKAN C + +?
Sampai saat ini, bahasa C telah berhasil digunakan untuk mengembangkan berbagai jenis permasalahan pemrograman, dari level operating system (unix, linux, ms dos, dsb), aplikasi perkantoran (text editor, word processor, spreadsheet, dsb), bahkan sampai pengembangan sistem pakar (expert system). Kompiler C juga telah tersedia di semua jenis platform komputer, mulai dari Macintosh, UNIX, PC, Micro PC, sampai super komputer. C bisa disebut bahasa pemrograman tingkat menengah (middle level programming language). Arti tingkat (level) disini adalah kemampuan mengakses fungsi-fungsi dan perintah-perintah dasar bahasa mesin/hardware (machine basic instruction set). Semakin tinggi tingkat bahasa pemrograman (misalnya: java), semakin mudahlah bahasa pemrograman dipahami manusia, namun membawa pengaruh semakin berkurang kemampuan untuk mengakses
langsung instruksi dasar bahasa mesin. Demikian juga sebaliknya dengan bahasa pemrograman tingkat rendah (misalnya: assembler), yang semakin sulit dipahami manusia dan hanya berisi perintah untuk mengakses bahasa mesin. Dalam perspektif mudahnya dipahami manusia, C bisa digolongkan dalam bahasa tingkat tinggi, namun C juga menyediakan kemampuan yang ada pada bahasa tingkat rendah, misalnya operasi bit, operasi byte, pengaksesan memori, dsb. Beberapa alasan mengapa memakai bahasa C adalah terangkum dibawah.
1. C adalah bahasa pemrograman yang paling populer saat ini
Dengan banyaknya programmer bahasa C, membawa pengaruh semakin mudahnya kita menemukan pemecahan masalah yang kita dapatkan ketika menulis program dalam bahasa C. Pengaruh positif lain adalah semakin banyaknya kompiler yang dikembangkan untuk berbagai platform (berpengaruh ke portabilitas).
2. C adalah bahasa pemrograman yang memiliki portabilitas tinggi
Program C yang kita tulis untuk satu jenis platform, bisa kita kompile dan jalankan di platform lain dengan tanpa ataupun hanya sedikit perubahan. Ini bisa diwujudkan dengan adanya standarisasi ANSI untuk C.
3. C adalah bahasa pemrograman dengan kata kunci (keyword) sedikit
Kata kunci disini adalah merupakan fungsi ataupun kata dasar yang disediakan oleh kompiler suatu bahasa pemrograman. Hal ini membawa pengaruh semakin mudahnya kita menulis program dengan C. Pengaruh lain dari sedikitnya kata kunci ini adalah proses eksekusi program C yang sangat cepat. C hanya menyediakan 32 kata kunci seperti terangkum dibawah:











4. C adalah bahasa pemrograman yang fleksibel
Dengan menguasai bahasa C, kita bisa menulis dan mengembangkan berbagai jenis program mulai dari operating system, word processor, graphic processor, spreadsheets, ataupun kompiler untuk suatu bahasa pemrograman.
5. C adalah bahasa pemrograman yang bersifat moduler
Program C ditulis dalam routine yang biasa dipanggil dengan fungsi. Fungsifungsi yang telah kita buat, bisa kita gunakan kembali (reuse) dalam program ataupun aplikasi lain.

Readmore »»